Halaman

Tampilkan postingan dengan label Kampak Trnggalek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kampak Trnggalek. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 November 2020

Sejarah Kampak Trenggalek ( Versi 2 )

( Sumber gambar dari Pixabay )

Pada tulisan sejarah Kampak yang pertama (1) telah disebutkan bahwa Kampak sudah eksis ketika Mpu Sindok berkuasa. Walau tulisan bercampur antara fiksi, dongeng dan sejarah, setidaknya ada benang merah antara ketiganya. Tulisan yang pertama menyebut, Kampak yang berarti Perampok. Untuk tulisan yang ke-dua saya akan menulis dari sisi lain. Walau juga mungkin akan tetap bercampur antara fiksi, dongeng, sejarah dan penglihatan mata batin. Daerah Kampak itu daerah kuno, mungkin sebelum Medang Mataram eksis, Kampak sudah eksis. Perampok di Kampak memang sudah eksis sejak jaman dahulu kala, bahwa sekelas Ken Angrok-pun pernah berdiam dan mencari kesaktian di Kampak. Dan setelah Ken Angrok mendapatkan Manik-Oro atau mustika kuning, kemudian Ken Angrok bergeser ke Dam Bagong Trenggalek untuk merampok orang-orang yang melintas di jalur Ponorogo Trenggalek pada jamannya. Mungkin menurut Pararaton, Ken Angrok didukung Pendeta-pendeta Syiwa adalah pendeta-pendeta yang berdiam di daerah Kampak. Karena sejak dahulu wilayah Kampak juga wilayah pertapaan. Kemudian setelah berguru dan bersemedi di gunung Manik-Oro, Ken Angrok mendapatkan Mustika Kuning (Manik-Oro). Dengan Mustika ini, Ken Angrok seakan mendapatkan kekuatan dahsyat, kemudian merebut Tumapel, menghancurkan Kediri kemudian mendirikan kerajaan baru sekaligus menjadi raja Singasari yang pertama.

Kembali pada sejarah Kampak, menurut dongeng gunung Manikoro adalah pucuk atau puncak dari Gunung Kelud yang terlempar sejak jaman purba dan sejak jaman kerajaan di jawa timur selalu di puja-puja sebagai tempat bertahtanya Bhatara atau Hyang. Demikian pula pada jaman Mpu Sindok, gunung Manik-Oro dianggap semacam Cungkup atau Tempat Pemujaan kepada Hyang atau Bhatara. Sehingga ada Dapungku yang memohon kepada Raja Mpu Sindok untuk menjadikan sawah di sekitar tempat pemujaan sebagai sima atau tanah bebas pajak. Seperti yang tertulis pada inskripsi pada Prasasti Kampak Prasada Kebaktyan i Pangarumbigyan yang artinya Tempat Kebaktian di Manik-Oro/Cungkup sebagai jelmaan dari puncak gunung Kelud. Sama dengan pemujaan di Walandit pada Prasasti Gulung-gulung atau lainnya. Memang ada keanehan atau mungkin keistimewaan, bentuk gunung Manik-Oro kalau dilihat dari sisi timur akan nampak seperti Mahkota. Juga bukan kebetulan sehingga Mpu Sindok menyimpan Mahkotanya di gunung Manik-Oro. Konon letaknya di goa puncak gunung dan dijaga oleh naga hijau. Goa ini berujung di gunung Kumbokarno Pantai Prigi Watulimo.

Asal Usul Kampak

Kembali pada sejarah dari mana nama Kampak pertama kali berasal. Ini tidak terlepas dari sebuah tempat di lereng sebelah selatan Manik-Oro, sekarang tempat itu dinamakan Dukuh Pesu Desa Karangrejo, Kampak. Pada tahun 1980an ke bawah penduduk Pesu banyak menemukan perhiasan-perhiasan emas kuno yang berserakan di ladang-ladang dan sekitar daerah Pesu. Ini bisa diartikan, Pesu adalah bekas tempat pemukiman kuno. Dongeng yang berkembang selama ini tak lepas dari tempat seseorang yang bernama Ronggo Pesu pada jaman Mataram Islam. Menurutku, Pesu sudah ada dan jadi tempat pemukiman sebelumnya semacam kerajaan kecil. Terbukti dengan adanya Makam Tunggul Manik raja dari Kerajaan Pesu yang dikuburkan di sisi timur gunung Manik-Oro. Dari namanya mungkin raja ini ada pada masa Majapahit. Namun ada bukti juga dari nama Pesu itu muncul jauh dari kata Kampak. Pesu adalah kependekan penyebutan dari kata PARASU yang artinya Kapak atau Kampak, untuk menyebut Parasu pada bahasa Kawi. Sedang Parasu sendiri adalah bahasa Sangsekerta. Jadi sebelum masa Mpu Sindok sudah ada Kerajaan yang bernama PARASU di lereng gunung Manikoro sebelah selatan. Kerajaan ini mungkin eksis pada awal-awal kebudayaan sangsekerta hadir atau ada di Jawa. Jadi jauh sebelum Kerajaan Medang Mataram ada, kerajaan PARASU atau PESU sudah ada dengan persenjaatan prajuritnya sebuah Kapak/Kampak. Sehingga terkenal dengan nama kerajaan Parasu, atau mungkin sebuah tempat dari Bhagawan Parasurama yang berhasil mengalahkan Arjunasasrabahu dan kemudian di kalahkan Rama dalam kisah Ramayana. 

Bukti lain Pesu lebih tua dari tempat manapun di Trenggalek adalah. Kata orang tua penulis, dulu sebelum peristiwa G30S atau mungkin setelahnya setiap acara Ulang Tahun Kabupaten Trenggalek, tumpeng dan segala macam pusaka berangkat pertama dari Dukuh Pesu kemudian ke Sumber Ngudalan dan selanjutnya ke Kamulan Durenan terus ke Kantor Bupati Trenggalek. Artinya orang-orang tua dahulu sudah mengetahui daerah mana yang dimintai berkah karena tuanya. Dan orang-orang dahulu-pun tidak bisa sembarangan bisa menentukan suatu tempat layak dihormati atau tidak karena orang-orang dahulu kuat berpuasa/tirakat, bersih hatinya dan kedalaman ilmunya. Tidak mengherankan pada Prasasti Kampak pada masa Mpu Sindok, tempat ini juga disebut, karena mungkin dari dahulu mungkin sudah terkenal. Karena seiring waktu bahasa kesustraanpun berganti, maka kata Parasu atau Pesu di ganti dengan Kampak. Mungkin bahasa Kampak untuk Kapak dimulai pada era bahasa Jawa Kuno atau Kawi dan berlanjut hingga kini. Namun di Jawa sendiri atau khususnya daerah Kampak kata Kampak atau Kapak telah berubah menjadi Prekhul, namun nama tempatnya masih bahasa lama Pesu atau Parasu.

Demikianlah sejarah peradapan bisa berubah-ubah tergantung oleh bukti-bukti baru yang bisa memperkuat suatu pendapat. Namun tidak bisa terbantahkan, Kampak adalah tempatnya kumpulan orang-orang pengacau atau perampok/begal. Karena menurut orang-orang tua Kampak sampai tahun 1950-1960 masih ada sisa-sisa orang sakti Kampak yang berprofesi sebagai perampok dan beroperasi di wilayah Pacitan, Ponorogo dan Tulungagung.