Halaman

Jumat, 28 Mei 2010

Sejarah Kampak

Kampak merupakan salah satu Kecamatan dari Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kampak terletak 18Km sebelah selatan kota Trenggalek. Kampak dikelilingi kecamatan Munjungan,Watulimo,Gandusari,Dongko dan Karangan. Kecamatan Kampak mayoritas daerah perbukitan dan hanya sebagian kecil dataran rendah yang merupakan sebuah lembah yang dibelah 2 sungai. Mata pencaharian mayoritas penduduknya petani sawah dan hutan lainnya pedagang dan pegawai negeri. Karena sulitnya mencari lapangan kerja banyak pemuda dan pemudinya merantau baik ke kota besar,luar jawa maupun ke luar negeri untuk jadi TKI. Mungkin memang dari sejarahnya Kampak adalah tempat pelarian dan bukan tempat yang ramah untuk mencari nafkah.



Asal Usul Kampak

Menurut penelusuran sejarah Kampak sudah ada dan pernah disinggahi manusia sejak jaman Pra Sejarah. Banyak bukti-bukti sejarah yang membenarkan bahwa Kampak pernah jadi daerah yang pernah disinggahi manusia Pra Sejarah diantaranya batu-batuan jaman Pra Sejarah. Namun untuk sampai pada Kapan Nama Kampak mulai dipakai, sampai sekarang belum ada penelitian yang mengarah pada pencarian asal usul Nama Kampak. Yang ada selama ini hanya cerita rakyat apa maksud dari kata Kampak. Ada 2 versi menurut cerita rakyat. Yang pertama arti kata Kampak adalah Perampok yang menurut bahasa Jawa Kuno memang artinya Kampak. Yang Kedua Ampak-ampak juga dari bahasa Jawa Kuno yang berarti Kabut Gelap yang menutupi Hutan Kampak sehingga tidak ada yang berani memasukinya. Dari 2 kata ini secara logika sebenarnya sudah bisa ditebak. Orang jaman dahulu terkenal kesaktiannya,jangankan memasuki kabut gelap memasuki gua yang gelap dan hutan belantara biasa dilakukan orang jaman dahulu. Terkecuali dalam Kabut gelap itu ada sesuatu mungkin itulah yang jadi penyebab ketidakberanian orang-orang memasuki hutan Kampak. Jawaban yang mendekati kebenaran teori ini adalah Hutan Kampak merupakan Sarang Perampok. Lantas Perampok dari mana dan kenapa harus bersarang di hutan Kampak? Inilah yang dengan sepenggal pengetahuan saya akan coba saya ungkapkan. Menurut cerita rakyat juga, ketika masih jaman Hindia Belanda tak ada orang yang berani memberi tempat penginapan kepada warga Kampak apabila bepergian kemalaman ke daerah Tulungagung atau Ponorogo kabupaten yang mengapit Trenggalek. Dari sini sudah jelas,memang sejak dahulu Kampak sudah ditakuti karena Sarang Rampoknya.



Menurut Prasasti Kampak yang pernah ditemukan di Sumber Ngudalan Dukuh Kampak Desa Karangrejo, tertulis karena rasa terimakasih Mpu Sindok kepada warga telah ikut membantu perjuangannya maka warga Perdikan Kampak yang wilayahnya ke selatan sampai Laut Selatan mendapat Tanah Bebas Pajak pada masa pemerintahannya. Angka tahun yang tertera dalam prasasti itu adalah 851 Syaka/929 Masehi, artinya menurut catatan sejarah Tahun itulah pertama kali Mpu Sindok berkuasa. Dari sini sudah jelas, sejak kapan Kata Kampak dipakai. Sejak ada prasasti itulah kata Kampak dipakai dengan adanya kata-kata Perdikan Kampak. Jadi jelasnya Kampak umurnya lebih tua dari nama kabupaten Trenggalek. Kenapa Mpu Sindok menamakan daerah ini dengan Perdikan Kampak? Inilah yang coba saya ungkap dengan keterbatasan pengetahuan saya menggunakan pengetahuan batiniah sebagai penduduk asli Kampak.



Akibat dari konflik yang terus terjadi di Kerajaan Mataram,Mpu Sindok menyadari perlunya sebuah kekuatan/prajurit/tentara siluman yang siap mempertahankan Kerajaan Mataram dari kehancuran. Dari pengembaraannya sampailah Mpu Sindok di daerah lembah yang dibelah 2 buah sungai dan dalam lembah itu hidup para pertapa dan penduduk yang masih sedikit. Sampai di sini Mpu Sindok merasakan ketenangan dan kedamaian hidup. Di Lembah ini Mpu Sindok juga memperdalam pengetahuan batinnya agar lebih dekat dengan Sang Pencipta. Setelah dirasa cukup maka pulanglah kembali dia ke pusat Kerajaan Mataram karena waktu itu dia masih jadi Pembesar Kerajaan. Setiap ada kesempatan Mpu Sindok datang ke Lembah Kampak dengan membawa sedikit demi sedikit pengikutnya untuk dididik dan digembleng di Lembah Pertapaan Kampak sampai jadi kekuatan siluman yang suatu saat bisa di andalkan. Kenapa saya sebut Kampak daerah Pertapaan karena sebelum peristiwa G30 S banyak batu-batu tua yang menggambarkan daerah ini sebelumnya daerah pertapaan. Penduduk sekitar setiap ada acara atau pra/pasca panen datang ke tempat batu-batu itu berada untuk mengadakan selamatan.

Kemudian datang serangan hebat dari Kerajaan Sriwijaya dan Sekutunya di Tanah Jawa sehingga Kerajaan Mataram hancur lebur. Memang sudah lama permusuhan Kerajaan Mataram dengan Kerajaan Sriwijaya semenjak kekalahan Balaputra Dewa dari Rakai Pikatan kemudian melarikan diri ke Sriwijaya dan menjadi raja Sriwijaya. Mpu Sindok dan para pembesar kerajaan yang masih hidup melarikan diri ke Lembah Kampak dan mempersiapkan Teror untuk menghancurkan Kerajaan Boneka Sriwijaya. Laskar-laskar Kampak yang terdiri dari penduduk Perdikan Kampak dan sisa-sisa tentara Kerajaan Medang/Mataram mulai menebar teror dengan Merampok setiap Upeti/Pajak yang akan dikirim ke Kerajaan Boneka Sriwijaya. Mulai saat itulah Kampak/Rampok mulai dikenal semua orang karena keganasannya. Barang-barang hasil rampokan ini disimpan untuk biaya perjuangan selanjutnya menegakkan Kerajaan Medang/Mataram kembali. Tak ada yang berani memasuki wilayah Kampak karena kabutnya dan banyaknya jebakan sehingga pada saat itu dan selanjutnnya Kampak ditakuti oleh semua penduduk Jawa yang mendengarnya. Sampai pada akhirnya terjadi pertempuran hebat antara pasukan Sriwijaya dan Laskar Kampak/Mpu Sindok di daerah Anjuk Ladang(Nganjuk) dan kemenangan diraih pihak Mpu Sindok kemudian diabadikan dalam sebuah prasasti yang sekarang jadi Hari Jadi Kabupaten Nganjuk dan sebutan asal muasal Nganjuk.



Setelah kemenangan ini Mpu Sindok,seluruh punggawa mataram dan keluarga yang masih tersisa para prajurit beserta barang-barang kerajaan mataram mencari tempat baru untuk dijadikan Istana Baru Kerajaan Medang/Mataram. Sampailah pada daerah Tamwlang kemudian didirikan Istana Sementara kemudian pindah lagi ke Watugaluh/Megaluh(Jombang) disinilah Istana Kerajaan Medang/Mataram baru dibangun dan Mpu Sindok menggunakan Wangsa Baru Isyana karena mungkin memang Mpu Sindok bukan termasuk Wangsa Sanjaya sebagaimana pendahulunya. Gelar Mpu Sindok adalah Sri Icana Wikramadharmottunggadewa, dengan Lambang Kerajaan TRISULA terbalik. Banyak peninggalan Mpu Sindok disamping prasasti diantaranya sebuah situs percandian di kaki Gunung Welirang Mojokerto yang yang sampai saat ini belum diteliti oleh pihak purbakala karena konflik dengan pengelola TAHURA sebagaimana wilayah hutan di kaki Gunung Welirang ditetapkan sebagai Taman Nasional.



Dari uraian tadi kiranya ada kaitan antara Prasasti Kampak dan Prasasti Anjuk Ladang dan menurut saya pembuatan Prasasti tersebut bersamaan mengingat dari Tahun Pembuatannya dan Historisnya. Jadi seandainya pihak Pemkab Kabupaten Trenggalek ingin menetapkan Hari Jadi Trenggalek yang lebih tua maka Prasasti Kampak dan Prasasti Anjuk Ladang jadi acuannya karena selama ini yang dipakai adalah Prasasti Kamulan pada masa Raja Kertajaya dari Kerajaan Kediri, padahal jauh sebelum itu Perdikan Kampak sudah jadi Tempat Pelarian Mpu Sindok yang tentunya punya nilai Historis yang lebih tinggi. Menurut saya sepantasnya Hari Jadi Trenggalek(Kampak) sama dengan Hari Jadi Kabupaten Nganjuk karena menurut Historis kenapa Prasasti dikeluarkan. Karena Prasati Kampak tidak ada tanggal dan bulan pembuatannya, maka acuannya adalah Prasasti Anjuk Ladang yang ada tanggal dan bulan pembuataanya.



Kiranya pengungkapan Sejarah Kampak diatas adalah sepenggal pengetahuan penulis ditambah dengan catatan sejarah, cerita rakyat, dan olah batin penulis menembus dimensi masa lalu. Ada kurang dan lebihnya saya sebagai manusia biasa tak luput dari salah dan lupa. Tulisan di atas setidaknya bermanfaat bagi semua yang ingin menggali Sejarah Kampak yang memang belum ada dalam buku sejarah apapun. Inilah wujud kecintaan penulis pada tanah kelahirannya dan penduduk Kampak secara keseluruhan juga Trenggalek pada umumnya. Sebenarnya menurut penulis Kampak adalah Situs Sejarah yang ikut membentuk Tatanan Kerajaan sampai terbentuk Negara Indonesia sekarang. Banyak Situs di Kampak yang belum terungkap sampai misterinya, termasuk Pelarian Raja Airlangga yang pernah sampai di Kampak mengikuti kisah Leluhurnya Mpu Sindok yang sampai sekarang belum terungkap dan semoga suatu saat bisa terungkap dengan ditemukannya catatan sejarah berupa prasasti(menurut penulis). Wassalam….

Minggu, 09 Mei 2010

Gempa 7,2 SR Kembali Guncang Aceh

Gempa 7,2 SR Kembali Guncang Aceh

Hari Minggu 9 Mei 2010 sekitar pukul 12.49.00 WIB Aceh kembali diguncang gempa 7,2 SR. Menurut laporan BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) pusat gempa pada kedalaman 66 KM Barat Daya kota Meulaboh. Tidak ada potensi tsunami karena peringatan siaga tsunami sudah ditarik. Sebelumnya memang ada peringatan dari BMG. Namun sekitar pukul 14.30.00 WIB peringatan tsunami telah ditarik.



Menurut laporan media massa gempa dirasakan sampai kota Medan Sumatera Utara. Untuk sementara belum ada laporan korban dan kerusakan yang terjadi. Namun menurut warga guncangan dirasakan sangat hebat. Orang-orang yang berada dalam gedung tinggi atau pusat perbelanjaan berlarian keluar untuk menyelamatkan diri. Memang gempa sekarang tidak sebesar gempa pada tahun 2005 yang lalu. Tetapi gempa ini sempat membuat kuatir warga setempat. Semoga saja tidak ada korban dan kerusakan yang parah akibat dari gempa Meulaboh ini.

Bali adalah Indonesia

Bali Surga dunia. Bali pulau Dewata. Bali taman Firdaus dunia. Bali pulau Eksotik. Bali milik dunia. Bali nan elok. Bali yang cantik. Bali dan budayanya. Bali dan pantai indahnya. Iklan itulah yang dulu sering didengar tentang Bali. Dan memang demikian Bali sebelum Tragedi Horor Bom Bali. Bali seperti magnet bagi semua penduduk dunia. Semua penduduk tersedot ke pusat industri pariwisata Gianyar, Denpasar dan Kuta. Perputaran uang terkumpul di pusat industri pariwisata tersebut. Begitu mudahnya orang berbisnis dan mendapatkan uang di Bali. Sehingga memakmurkan seluruh penduduk baik lokal maupun pendatang.



Namun semua itu telah berlalu. Kini, sejak Tragedi Horor Bom Bali bisnis pariwisata di Bali berbalik 180%. Sekarang mencari uang begitu sulit di Bali. Begitulah yang sering terdengar dari penduduknya kini. Banyak orang-orang pergi dari Bali karena pengunjung sudah tidak seramai dulu. Pengunjung telah beralih ke tempat wisata lain di dunia seperti Thailand, Malaysia dan lainnya. Walau begitu tetap saja ada pengunjung yang datang meski tidak seramai dulu.



Tidak banyak pengunjung yang tahu, dalam wilayah manakah Bali? Pertanyaan ini sering membingungkan pengunjung utamanya dari Eropa, Amerika, sebagian Asia dan lainnya. Bali adalah pulau dan povinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mungkin sejak Tragedi Horor Bom Bali, sedikit banyak penduduk dunia tahu bahwa Bali adalah bagian dari wilayah Indonesia. Namun masih banyak juga yang belum tahu. Indonesia adalah Negara Kepulauan yang mempunyai banyak tempat wisata dan pemandangan indah selain Bali. Bukittinggi (Ngarai, Budaya, Pantai), Jawa (Pantai, Situs Candi Kuno, Budaya, dan sebagainya), Manado (Pemandangan bawah laut Bunaken dan budayanya), Lombok (Pantai Senggigi dan lainnya) yang sekarang mulai bangkit, Pulau Komodo (Reftil langka dunia), Papua (Pantai dan Budayanya) dan lainnya. Banyak potensi dan alternatif wisata dan pemandangan alam di Indonesia. Budayanya juga beragam karena di Indonesia ada ratusan bahasa local, ratusan adapt istiadat, puluhan suku, agama dan keyakinan. Indonesia adalah Negara majemuk dan segalanya ada termasuk kekayaan alamnya yang melimpah. Indonesia adalah sebenarnya Surga dan Mutiara dunia. Indonesia adalah Negara yang punya toleransi tinggi. Pertanyaan yang sampai kini belum terjawab adalah Mengapa Penganut Islam Terbesar di Dunia adalah Indonesia, padahal Islam berasal dari Negara Arab ?



Bali tetaplah indah dan unik. Semoga tidak terjadi lagi teror yang tidak ber-perikemanusiaan lagi di Bali, sehingga pengunjung dapat tenang menikmati keindahan dan keunikan Bali. Dengan banyak pengunjung yang datang ke Bali otomatis akan meningkatkan kemakmuran penduduknya baik local maupun pendatang. Semoga…….

Sabtu, 08 Mei 2010

Old Javanese literature

Old Javanese literature, or sometimes spelled as Old Javanese literature includes literature written in Old Javanese language in the period more or less written from the 9th century to 14th century AD, beginning with the Inscription of Sukabumi. These literary works were written either in prose (prose) and poetry (kakawin). These works include genres such as epic poems, statute law, the chronic (Chronicle), and religious books. Inherited ancient Javanese literature in manuscript form and inscription. Manuscripts containing the Old Javanese texts amount to thousands while the inscriptions there are tens and even hundreds of them. Although there must be noted that not all literary texts contain inscriptions.

Literary works written in Java is important in this period include Candakarana, Kakawin Ramayana and Mahabharata translation in the ancient Javanese language.

Old Javanese literary works most sustainable in Bali and was written on papyrus manuscripts. Although most of the ancient Javanese literature terlestarikan in Bali, Java and Madura, there is also a sustainable ancient Javanese literature. Even in Java there are also ancient Javanese texts that are not known in Bali.

Scientific research about the ancient Javanese literature began to flourish in the early 19th century and was originally pioneered by Stamford Raffles, Governor-General of the United Kingdom which ruled the island of Java. Apart from being a statesman, he is also interested in local culture. Together with his assistant, Colonel Colin Mackenzie, he collected and studied ancient Javanese manuscripts.



Regarding the Old Javanese term

The term ancient Javanese literature is a bit messier. This term may mean in Javanese literature before the advent of Islamic influence [1] or the more subtle divisions: Javanese literature the longest. So is the literature of Java before the Middle Javanese literature. Middle Javanese literature is the transition between Old Javanese literature and literature of New Java. In this article, this last notion is used.



Tradition decline

Sustainable ancient Javanese literature to this day largely derived in manuscript form that have been copied many times over. So they are rarely written in the original form as when first made, except if written on paper so durable materials such as stone, copper and others. The oldest inscriptions in the ancient Javanese language comes from the year 804, but its content is not a literary text. The oldest literary text on an inscription found on the inscription written Siwagreha dating from 856 AD.

While the oldest manuscript is a manuscript palm leaves from the 13th century and found in West Java. This manuscript contains the text Kakawin nypa Arjunawiwaha originating from the 11th century.



Overview

Many texts in the Old Javanese sustainable from the 9th century until the 14th century. But not all of these texts is the literary text. From this period bequeathed approximately 20 text 25 text prose and poetry. Most of these texts written after the 11th century.



Old Javanese poetry

List of Old Javanese Literature in prose

1.Candakarana Hyang

2.Sang Kamahayanikan

3.Brahmandapurana

4.Agastyaparwa

5.Uttarakanda

6.Adiparwa

7.Sabhaparwa

8.Wirataparwa, 996

9.Udyogaparwa

10.Bhismaparwa

11.Asramawasanaparwa

12.Mosalaparwa

13.Prasthanikaparwa

14.Swargarohanaparwa

15.Kunjarakarna



List of Old Javanese Literature in the form of poetry (kakawin)

1.Kakawin Oldest Java, 856

2.Kakawin Ramayana ~ 870

3.Kakawin Arjunawiwaha, mpu Kanwa, ~ 1030

4.Kakawin Kresnayana

5.Kakawin Sumanasantaka

6.Kakawin Smaradahana

7.Kakawin Bhomakawya

8.Kakawin Bhāratayuddha, mpu Sedah and Panuluh, 1157

9.Kakawin Hariwangsa

10.Kakawin Gatotkacasraya

11.Kakawin Wrettasañcaya

12.Kakawin Wrettayana

13.Kakawin Brahmandapurana

14.Kakawin Kunjarakarna, mpu "Hamlet"

15.Kakawin Nagarakertagama, mpu Prapanca, 1365

16.Kakawin Arjunawijaya, mpu Tantular

17.Kakawin Sutasoma, mpu Tantular

18.Kakawin Siwaratrikalpa, Kakawin Lubdhaka

19.Kakawin Parthayajna

20.Kakawin Nitisastra

21.Kakawin Nirarthaprakreta

22.Kakawin Dharmasunya

23.Kakawin Harisraya Sekar Tanakung

24.Kakawin Banawa