Halaman

Kamis, 03 Oktober 2013

Sejarah Pertempuran Kampak Yang Terlupakan

Tulisan ini hanyalah sekelumit cerita lama yang terlupakan dan tak pernah ada yang mencoba mengungkap seberapa hebat Pertempuran itu sehingga penulis menyebutnya sangat HEROIK. Cerita ini penulis dapatkan dari orang-orang tua dan sebagian besar telah meninggal dunia. Dan kebetulan pelaku Sejarah Pertempuran itu adalah adik kakek penulis,kakek jauh,kakek teman,tetangga,orang-orang tua dan masih banyak lagi. Bagi pembaca yang belum tahu Kampak,dalam tulisan terdahulu pernah penulis sebut. Kampak adalah sebuah Kecamatan dengan Ibukota Kecamatan Bendoagung dari Kabupaten Trenggalek. Trenggalek adalah sebuah Kabupaten di sebelah timur Kampung SBY(Presiden Indonesia) Pacitan. Pertempuran mungkin terjadi pada masa agresi militer Belanda,karena penulis tidak mendapatkan referensi dan catatatan-catatan sejarahnya. Ide menulis ini entah juga kenapa baru sekarang terlintas setelah penulis tak ada waktu lagi mencari data-data untuk jadi referensi tulisan. Jadi ini adalah TANTANGAN dari PENULIS untuk GENERASI MUDA KAMPAK atau TRENGGALEK dan TULUNGAGUNG dimana waktu itu Kampak masih masuk Wilayah Kabupaten NGROWO/TULUNGAGUNG untuk mencari DATA-DATA yang penting tentang Pertempuran itu dimana mungkin arsip-arsip Pertempuran itu ada di KODIM TRENGGALEK/TULUNGAGUNG. Kenapa penulis katakan Pertempuran ini HEROIK dan PENTING untuk Pembelajaran Generasi Muda di KAMPAK,TRENGGALEK dan TULUNGAGUNG juga INDONESIA karena dalam Pertempuran inilah yang penulis ketahui satu-satunya sejarah di Indonesia BELANDA BENAR-BENAR MENYERAH KALAH DAN MENGIBARKAN BENDERA PUTIH kepada Para Pejuang Kemerdekaan dan Khususnya PEMUDA KAMPAK dan SEKITARNYA pada waktu itu bersama dengan TNI.


Sore itu menjelang senja dan matahari sebentar lagi tertutupi perbukitan si sebelah barat Kampak. Tiba-tiba terdengar suara berderu dari sebelah utara jalanan jalanan Kampak yang pada waktu itu belum beraspal,karena jalanan Kampak baru diaspal pada tahun 80an. Sesekali terdengar rentetan suara senapan yang mungkin bagi warga Kampak waktu itu agak asing. Orang-orang berteriak, "Londo teko,Londo Teko,Londo Teko...!!!" (Belanda datang),  berhamburan ke jalanan dan berbondong-bondong mengungsi ke perbukitan di sebelah selatan Kampak melintasi sungai. Banyak orang-orang dan anak-anak tercerai berai dengan keluarga karena semua sibuk menyelamat diri sendiri. Termasuk orang tua penulis waktu itu juga terpisah dari orang tua(Kakek) karena waktu itu orang tua penulis main ke rumah neneknya(Buyut Penulis) bersama adik-adiknya. Sampai jauh malam baru bisa bertemu kakek penulis di pengungsian. Sampai pada akhirnya Belanda menempati sebuah rumah yang paling besar di Kampak untuk dijadikan markas. Rumah tersebut adalah rumah orang terkaya di Kampak waktu itu yang penulis sebut Mbah Ragil karena menurut cerita kakek masih saudara jauh kakek penulis. Akibat dari konfrontasi ini, TNI mengerahkan semua kekuatan yang ada di Trenggalek untuk menggempur Belanda di Kampak. Hari demi hari para Pejuang dan TNI berdatangan ke Kampak dan tak ketinggalan Pemuda-pemuda Kampak bergabung dengan Kekuatan TNI dan membentuk Pos-Pos Penyerangan yang terbagi menjadi 4 Pos. Pos-Pos ini terletak di bukit-bukit sekitar Kampak yaitu Gunung Gadung,Senden,Gunung Gethuk(Magersari), dan Gunung Pegat. Adalah kebetulan/KEUNTUNGAN bagi TNI /Pejuang dan KESALAHAN bagi Belanda menurut teori Perang, Kampak berbentuk seperti MANGKOK dataran yang dikelilingi bukit-bukit dan Markas Belanda di Dasar mangkok. Jadi menguntungkan sekali bagi TNI/Pejuang Kemerdekaan. Atas alasan apa Belanda sampai mengerahkan Pasukanya ke Kampak hanya Belanda yang tahu,atau mungkin karena di sekitar Kampak waktu itu banyak Perkebunan Kelapa milik Belanda. Pada saat itu Kelapa adalah komoditas yang menguntungkan atau kalau sekarang Kelapa Sawit. Menurut data yang penulis dapatkan dari Mbah Google, pada jaman Belanda pernah ada rencana membuat Jalur Kereta Api Lintas Selatan dari Solo ke Kampak melewati Wonogiri untuk mengangkut hasil perkebunan dari wilayah selatan Jawa. Namun rencana itu tak pernah terwujud karena mungkin alasan ekonomi(modal). Uang Belanda habis untuk biaya perang di seluruh Indonesia dan Perang Jawa pada khususnya.

TNI/Pejuang mengkonsolidasi kekuatan dan membentuk pasukan-pasukan kecil gerilya untuk perang kota. Serang pos Belanda dari rumah-rumah penduduk dan lari melewati rumah-rumah penduduk. Pasukan ini oleh penduduk Kampak dinamakan Pasukan Berani Mati karena memang nekat menyerang pos-pos Belanda. Anggotanya rata-rata adalah Pemuda-pemuda Kampak pemberani salah satunya tetangga penulis dan penulis sebut Pakde Mukadi. Dia adalah anak dari Lurah Karangrejo. Pasukan ini paling terkenal pada waktu itu karena keberaniaanya. Mungkin banyak Pemuda-pemuda Kampak yang lain yang tidak penulis sebutkan dan rata-rata sebutan penulis untuk mereka adalah Pakde karena lebih tua beberapa tahun dari orang tua penulis. Setelah kekuatan TNI/Pejuang terkonsentrasi di sekitar Kampak dan waktu penyerangan terhadap Markas Belanda telah ditentukan,terjadilah pertempuran besar-besar dilakukan. Sepanjang hari pertempuran berlangsung,suara bising peluru dan meriam silih berganti menyalak dan berdentum menembus pohon-pohon kelapa yang pada waktu itu masih banyak tumbuh di Kampak. Kedua belah pihak serdadunya banyak yang meninggal. Dari pihak TNI/Pejuang korban terbanyak adalah di gunung Gadung karena posisinya paling dekat dengan markas Belanda. Mayat-mayat serdadu Belanda bergelimpangan di markas dan sekitar markas dan lebih banyak korban karena Posisinya memang terkepung oleh pasukan TNI/Pejuang. Sampai akhirnya Belanda mengibarkan bendera Putih tanda menyerah dalam Perang. Inilah Prestasi yang Heroik dari TNI/Pejuang yang tak pernah ditulis atau ditulis di buku sejarah khususnya bagi anak-anak sekolah di Trenggalek. Setelah terjadi kesepakatan Penyerahan antara Komandan Pasukan, Belanda membagikan roti bagi penduduk dan anak-anak Kampak. Semua anak berebutan mendapatkan roti karena waktu itu roti adalah makanan langka bagi penduduk/masyarakat Kampak.

Inilah satu lagi sepenggal kisah Heroik Pemuda Kampak yang perlu untuk ditulis dalam buku-buku kisah atau sejarah khususnya bagi anak-anak Kampak atau Trenggalek sehingga sekali lagi ada Kebanggaan dalam diri anak-anak bahwa mereka dari dahulu kala adalah Keturunan Pejuang dan Selamanya Pemuda-pemuda Kampak akan selalu Jadi Pejuang Perubahan bagi Bangsa atau Diri Sendiri. Kisah di atas menurut penulis juga layak untuk di angkat ke layar sinetron atau layar lebar karena kisah ini Heroik, Satu-satunya, dan Mengungkapkan Kesalahan Besar Belanda menguasai sebuah wilayah di Indonesia tanpa melihat memandang letak geografis dari wilayah tersebut sehingga terjadi Kekalahan yang menyakitkan bagi Belanda dan Kemenangan yang mudah bagi TNI/Pejuang Kemerdekaan.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum....
Saya Enny dr Surabaya. Baru saja sy menemukan dokumen almarhum bapak sy ttg silsilah keturunan keluarga sy. Di dokumen tsb diceritakan bhw sy berasal dr garis keturunan Lurah Karangrejo - Karsodikoro - Kartodikoro (kakek)- Soenardhi Sukowijoyo (bapak) - saya. Jika panjenengan tdk keberatan, sy mohon bantuan utk menelusuri silsilah keluarga sy dr mulai sy sampai dgn ke atas yg terjauh. Demikian, atas perkenannya, sy ucapkan matur suwun.
Wassalamu'alaikum....

Dewandaru mengatakan...

Maaf sekali,saya bukan ahli pencarian silsilah...biasanya hal itu bs diketahui dr saudara2 jauh atau jg lewat pengetahuan batin...saya sendiri jg tahunya di jalur yg jauh,lwt buyut sj sdh ga tahu....tp setahu saya dgn penglihatan mata batin, daerah kampak n sekitarnya tempat pelarian keturunan raja2 jawa maupun keluarganya....jalur kita jg mgkn tdk sama,saya jalur bendoagung n anda karangrejo....n entah leluhur kita menyatu apa tidak,tp setidaknya saya mengapresiasi kemauan anda utk mencari silsilah krn biasanya org jaman skrg masa bodoh dgn itu semua....pdhl dlm dunia keilmuan batin itu berguna utk sbrp bs kita cpt tidaknya menerima pelajaran ilmu

Unknown mengatakan...

mengisahkan prajurit Belanda yg terkena ledakan ranjau di Trenggalek saat akan ke Kampak pada tanggal 19 Agustus 1949 (9 hari stelah gencatan senjata RI - Belanda resmi berlaku). Sersan Matthijs Diepeveen Veenendaal dan tentara Gerrit Ensink dari Horn kehilangan nyawa mereka. Mereka sekarang terkubur di pemakaman Kembang Kuning Surabaya.
http://www.berghapedia.nl/index.php/Delleman,_Ludovicus_Joannes

belajardanmembaca mengatakan...

selamat siang, apakah saya bisa mendapatkan kontak penulis? untuk keperluan sharing mengenai sejarah tersebut. terimakasih


Anonim mengatakan...

Buat mbak satya,maaf saya asli org karangrejo,usia saya 34thn.klu untuk periode lurah dimasa kakek mbak,saya sdh tdk dpt menjangkau,mungkin kalau dicari di dokumen desa,para perangkat desa mungkin bisa tahu.