Halaman

Tampilkan postingan dengan label Nabi Muhammad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nabi Muhammad. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 November 2010

SEJARAH PERKEMBANGAN KA'BAH





Ka’bah adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam). Merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti sholat. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah. Bagi yang memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.



  • Dimensi struktur bangunan ka’bah lebih kurang berukuran 13,10m tinggi dengan sisi 11,03m kali 12,62m. Juga disebut dengan nama Baitallah



Sejarah perkembangan
Ka’bah yang juga dinamakan Baitul Atiq atau rumah tua adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.
Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (Kira kira 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.
Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah. Lingkungan Ka’bah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan tidak boleh disembah dengan diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk menyembahnya serta tunggal tidak ada yang menyerupainya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surat Al Ikhlas dalam Al-Qur’an) . Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung patung ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah.
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah sebagai pemegang kunci ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.
Bangunan Ka’bah




Pada awalnya bangunan Ka’bah terdiri atas dua pintu serta letak pintu ka’bah terletak diatas tanah , tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Namun ketika Renovasi Ka’bah akibat bencana banjir pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul, karena merenovasi ka’bah sebagai bangunan suci harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu terjadi kekurangan biaya. Maka bangunan ka’bah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian ka’bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan ka’bah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab.
Karena kaumnya baru saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad SAW mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali ka’bah sehinggas ditulis dalam sebuah hadits perkataan beliau: “Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu ka’bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Ka’bah”, sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.
Ketika masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibuat sebagaimana perkataan Nabi Muhammad SAW atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka’bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad SAW pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim. Dalam sejarahnya Ka’bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.
Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka’bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka’bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang....

Minggu, 31 Oktober 2010

DEWANDARU

Dewandaru berasal dari bahasa Jawa Kuno atau masuk dalam khasanah bahasa Sansekerta. Dari asal katanya, Dewandaru berarti "Dewa"=Malaikat(Islam) dan "Handaru"=Wahyu atau Meteor. Jadi Dewandaru artinya Malaikat Pembawa Wahyu atau Pembawa Kebenaran. Menurut Ahli Pewayangan Dewandaru tidak masuk dalam golongan Dewa, tetapi punya arti arti tersendiri. Kata Dewandaru muncul pertama kali dalam kisah/lakon pewayangan. Lakon pewayangan yang berkaitan dengan kata Dewandaru adalah Wahyu Dewandaru. Menurut orang-orang yang mengerti tentang lakon atau cerita wayang, Dewandaru sebenarnya adalah Gelar bagi siapapun yang dipilih Tuhan segai Pembawa Kebenaran/Wahyu. Gelar Dewandaru Terbesar yang pernah di sandang manusia dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.



Dalam cerita pewayangan, Wahyu Dewandaru atau Gelar Dewandaru pernah diperebutkan antara pihak Kurawa dan Pandawa Lima karena konon siapapun yang memakai Gelar Dewandaru maka dia akan menguasai dunia. Namun dalam cerita ini yang diperebutkan adalah orang yang bernama Dewandaru. Akhir cerita tak ada yang bisa merebutnya karena orang yang bernama Dewandaru berubah jadi pohon. Dari situlah asal muasal Pohon Dewandaru yang dikenal orang selama ini. Bagi masyarakat Jawa khususnya yang mengerti wayang atau pernah olah kebatinan, Gelar Dewandaru punya nilai tinggi karena siapapun yang memakai Gelar tersebut, maka dia dipercaya atau dipilih Tuhan untuk menjaga dunia dari Kehancuran. Gelar Dewandaru bagi masyarakat Jawa sebernarnya setara namun beda tugas dengan Gelar Sapujagad.



Tercatat menurut yang penulis ketahui, yang pernah punya Gelar Dewandaru adalah, Raja Kanwa(Mataram Kuno),Mpu Sindok(Medang Kamulan),Airlangga atau Mpu Kanwa(Kahuripan),Raden Wijaya(Raja Majapahit 1),Hayam Wuruk atau Mpu Prapanca(Raja Majapahit Terbesar dan penyandang Gelar Dewandaru Terakhir di Tanah Jawa). Raja-raja ini menurut kepercayaan orang Jawa adalah Titisan dari Dewa Wisnu, Dewa yang bertugas menjaga dunia dan Alam Semesta.



Kenapa Blog ini penulis namakan Padepokan Dewandaru, karena penulis berharap melalui Blog atau Padepokan ini terlahir manusia-manusia pilihan Tuhan yang akan menegakkan Kebenaran dan menjaga Jagad Raya agar tetap Lestari dengan sikap-sikap Luhur seperti Orang-orang Suci pada Jaman Dahulu yang bisa menjaga dan bersinergi dengan alam. Karena Hakekatnya tanpa berkompromi dengan alam, kelangsungan hidup umat manusia akan cepat berakhir.



Kiranya pengetahuan penulis yang sepenggal ini bisa bermanfaat bagi semua orang yang punya kewajiban melestarikan kelangsungan kehidupan di bumi dan Jagad Raya...