Halaman

Senin, 13 Februari 2012

Asal Usul Trenggalek

Trenggalek merupakan sebuah kabupaten di sebelah barat daya dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan samudera India.  Batas-batas wilayahnya meliputi : sebelah utara berbatasan dengan gunung Wilis, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Tulungagung, sebelah selatan berbatasan dengan samudera India dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Pacitan dan Ponorogo. Keadaan alamnya mayoritas daerah pegunungan dan mayoritas hutan yang telah dikelola oleh Perhutani. Keadaan alam yang demikian menyebabkan pendapatan perkapita penduduk menjadi rendah sehingga banyak warganya yang merantau. Keadaan alam yang minus demikian yang jadi penyebab dahulu Pemerintah Belanda sampai berulang kali memisahkan dan menggabungkan wilayah Trenggalek dengan kabupaten di sekitarnya. Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan meliputi kecamatan Trenggalek, Bendungan, Karangan, Suruh, Tugu, Pule, Panggul, Dongko, Munjungan, Kampak, Watulimo, Gandusari, Pogalan, Durenan. Ibukota Pemerintahan Kabupaten Trenggalek berada di Kecamatan Trenggalek.
Sejarah
Dari sejarah Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, Kabupaten ini menjadi daerah otonom sejak Pemerintahan Pakubuwono II pada masa Kerajaan Mataram Islam sebelum pecah menjadi 2 Kerajaan yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Bupati Pertama adalah putra dari Pakubuwono II yang bernama Mertodiningrat. Akibat dari gejolak di pusat Kerajaan maka berdasarkan Perjanjian Gianti (1755) Trenggalek-pun ikut terpecah dimana Trenggalek dengan wilayah yang sekarang kecuali Panggul dan Munjungan masuk Ponorogo sebagai bagian dari wilayah Surakarta dan Panggul serta Munjungan masuk Pacitan sebagai bagian dari wilayah Ngayogyakarta.
Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat dihapuskannya pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia.

Asal Usul Nama Trenggalek
Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun Sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Adipati Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak dari Warok Surogentho sampai tergila-gila. Ada salah satu pendapat yang menjabarkan arti Trenggalek sebagai Terang Ing Galih (Terang di Hati), namun menurut penulis pendapat ini tidak mempunyai sisi Historis apapun dilihat dari sudut pandang Tata Bahasa, Sosiologi maupun Geografi dari wilayah Trenggalek itu sendiri. Selama ini hanya ada satu pedoman untuk menyingkap asal usul nama Trenggalek yaitu makam mantan Tokoh yang bernama Setono Galek. Namun tidak ada catatan atau cerita darimana Tokoh ini berasal dan mengapa bernama Setono Galek pun, orang Trenggalek sendiri sepertinya tidak ada yang tahu arti nama itu.Dengan pengetahuan yang terbatas, penulis mencoba mencari tahu sebagaimana dalam tulisan Sejarah Kampak yang pernah saya tulis.

Yang Pertama dari sudut Tata Bahasa yang penulis cari, kata Trenggalek adalah gabungan dari 2 (dua) kata. Yang Pertama adalah Trengga/Treng adalah kependekan dari kata Trenggana dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Bintang/Terang dan Galek/Lek adalah dari kata Galekan/Galek juga dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti  Hilang/Lenyap. Untuk kata Galek/Galekan itu sendiri tidak banyak orang yang tahu karena kata ini sudah lama tidak terpakai dalam khasanah Tata Bahasa Jawa sehingga sepintas seperti kata yang asing. Arti kata ini penulis dapatkan dari seorang yang mengerti kebudayaan Jawa Kuno karena dalam Kamus Sansekerta yang dikarang bapak Purwadi tidak penulis ketemukan. Arti kata dari gabungan 2 (dua) kata ini menjadi Terang yang Hilang. Atau lebih mudahnya berarti Bintangnya Lenyap.

Dari arti kata ini penulis berjalan ke belakang dalam historis atau sejarah terbentuknya Kabupaten Trenggalek. Sejarah telah tertulis, awal terpecahnya Kerajaan Mataram Islam adalah ketika terjadi Pemberontakan sehingga Ibukota Kerajaan di Kartasura luluh lantak sehingga Pakubuwono II menyingkir ke wilayah Ponorogo dan sekitarnya termasuk Trenggalek. Kemudian atas bantuan Ulama Besar Ponorogo beserta santrinya dan warga Ponorogo,Trenggalek dan Tulungagung kerajaan dapat direbut kembali. Karena Ibukota sudah hancur maka Ibukota dipindahkan ke Surakarta atau Solo. Atas rasa terimakasih terhadap warga Trenggalek, maka dibentuk Pemerintahan tersendiri di Trenggalek dengan Putra dari Pakubuwono II sendiri sebagai Bupati Pertama.
Inilah awal kehancuran Kerajaan Mataram karena saudara-saudara Pakubuwono II termasuk pamannya sendiri menyatakan ketidakpuasannya karena ternyata Pakubuwono II semakin dekat dengan Pemerintah Hindia Belanda, sebagai pihak yang selama ini menjadi musuh sejak jaman Sultan Agung. Akhirnya Kerajaan Mataram pecah menjadi 4 (empat) Kerajaan kecil yaitu Surakarta,Ngayogyakarta,Pakualaman dan Mangkunegaran.
Uraian Sejarah tadi jika dihubungkan kata Trenggalek dan kedatangan raja Jawa ke tanah Trenggalek mempunyai kaitan yang erat. Kata Trenggalek atau daerah Trenggalek itu adalah Tempat Terangnya Hilang atau Lenyapnya Bintang Raja Jawa sebagai awal Pembentukan Kadipaten Trenggalek. Penjabaran lebih mudahnya arti Trenggalek adalah Wahyu Kraton/Wahyu Raja-raja Jawa Hilang/Lenyap. Jadi di Trenggalek-lah Lenyapnya/Hilangnya Wahyu Kraton Tanah Jawa. Dan dimana Hilangnya Wahyu Kraton itu sebagaimana Siklus Sejarah, di situ jugalah Muncul/Asal Wahyu Kraton Raja-raja Tanah Jawa.

Sekarang kita menuju Jaman Awal Kemerdekaan Indonesia dimana Presiden Sukarno menunjuk Pahlawan Peta Supriyadi sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Indonesia yang Pertama. Semua orang tahu Supriyadi sudah lenyap antara hidup dan mati. Tetapi mengapa Sukarno tetap menunjuk Supriyadi menjadi Panglima walau orangnya tidak muncul. Tentu Sukarno mempunyai alasan yang kuat dan mungkin hanya Sukarno yang tahu alasannya. Karena sebenarnya banyak Tentara didikan Belanda yang lebih berpengalaman maupun didikan Jepang yang lebih mumpuni. Ternyata menurut penulis alasan Sukarno adalah Supriyadi kelahiran Trenggalek sebagaimana tulisan di atas mungkin menurut Sukarno, Supriyadi-lah pada waktu itu pemegang Wahyu Keprabon/Kraton Tanah Jawa. Untuk alasan ini terasa tidaklah Rasional, namun menurut pandangan masyarakat Jawa hanya orang yang mempunyai  atau mendapat Wahyu Keprabon-lah yang sanggup memimpin Indonesia sebagaimana Jawa adalah Setral-nya. Artinya, hanya orang yang mendapat Wahyu Keprabon Tanah Jawa-lah yang kuat memimpin Indonesia. Karena menjadi Pemimpin Dunia dalam pandangan Jawa harus juga sanggup menguasai alam Ghaib yang selama ini diidentikkan dengan Penguasa Laut Selatan. Dan kebetulan menurut orang yang mengerti  Ilmu Ghaib Pusat, Kerajaan Laut Selatan adalah di Gunung Kumbokarno Pantai Prigi di Kecamatan Watulimo Trenggalek.

Karena Supriyadi tidak juga muncul akhirnya Sukarno pada tahun 1950an mengunjungi Trenggalek sebagai rangkaian tugas dinas kenegaraan. Yang jadi pertanyaan, untuk urusan apa Presiden Sukarno sebagai Presiden Terbesar Indonesia mau mengunjungi Trenggalek. Padahal daerah ini adalah daerah minus dan tidaklah mempunyai kepentingan yang strategis untuk urusan kenegaraan. Mengapa tidak Tulungagung sebagai tempat waktu kecil dia tinggal atau Blitar rumah dari orangtunya? Dari tulisan di atas, dapat ditarik benang merah tujuan Sukarno adalah ingin mendapatkan Wahyu Keprabon untuk memperkuat kedudukannya karena sebagaimana orang tahu Sukarno adalah orang yang suka hal-hal yang berbau Ghaib dan Budaya Jawa. Ada satu hal yang lucu,apakah benar atau salah adalah waktu penulis masih SD pernah membaca tulisan Sukarno kelahiran Trenggalek. Menurut kakek penulis yang menghadiri pidato Bung Karno di alun-alun Trenggalek, Sukarno mengakui sendiri bahwa dia adalah kelahiran Trenggalek tepatnya di belakang Gedung Bioskop Trenggalek Teater yang sekarang sudah tutup. Inilah yang memperjelas dari arti kata Trenggalek yang berarti Terang Hilang atau Bintang Lenyap atau Wahyu Hilang.

Yang Kedua arti kata Trenggalek menurut Sosio dan Geografis, Trenggalek adalah sejenis tumbuhan lama yang sekarang jarang ditemukan. Ciri-cirinya batangnya berwarna agak kemerahan serta daun dan batangnya kecil. Kata dan Nama Trenggalek adalah bahasa Jawa Kuno dan tidak ada duanya di dunia untuk menamai tumbuhan tersebut dan memang jaman dahulu banyak tumbuh di daerah Trenggalek. Nama lain tumbuhan ini adalah Telaga Sari atau Telaga Warna. Tumbuhan ini sebagai penetralisir zat Radioaktif. Lalu apa hubunganya dengan tumbuh di daerah Trenggalek? Trenggalek adalah daerah perbukitan dan banyak gunung-gunung kecil sambung menyambung melingkari wilayah Trenggalek. Secara Geologi pegunungan Trenggalek adalah barisan dari Pegunungan Kapur Selatan dan bersambung dengan lereng Gunung Wilis. Tidak seluruhnya bukit-bukit tersebut pegunungan kapur yang menandakan daerah Trenggalek adalah bekas lautan. Banyak batu-batuan yang muncul ke permukaan dan membentuk bukit-bukit itu. Dalam Ilmu Geologi dinamakan Batuan Introsif atau batuan muda dan karena proses geologi terbentuk menjadi unsur-unsur logam seperti emas dan sebagainya. Oleh karena itulah daerah Trenggalek kaya akan bahan tambang namun dalam intensitas kecil dan kadang yang masih muda. Akibat dari proses kimiawi alam yang masih berlangsung inilah yang jadi penyebab at-zat radioaktif keluar dari perut bumi sehingga merusak dan menghancurkan makhluk hidup di atasnya. Zat radioaktif inilah bagi orang yang mempelajari Ilmu Ghaib biasa disebut makhluk Perusak. Hal ini menjadi bertambah kuat mengapa Trenggalek menjadi Pusat Kekuatan Penghancur pada jaman dahulu. Semisal menurut orang yang mengerti Ilmu Ghaib, Dewata Cengkar yang dikalahkan Prabu Aji Saka bertapa dan berdiam di wilayah Kamulan Kecamatan Durenan. Nyai Roro Kidul yang berunsur Penghancur juga berada di Pantai Prigi sebagai Dayang Ratu Kidul. Dan alasan Syech Subakir mendarat pertama kali di tanah Jawa di Pantai Prigi. Karena wilayah Trenggalek masih diselimuti unsur radioaktif sebagai zat penghancur makhluk hidup namun juga bisa jadi zat yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan makhluk hidup. Menjadi masuk akal jika tumbuhan Trenggalek/Telaga Sari/Telaga Warna banyak tumbuh di wilayah Trenggalek sebagai penyeimbang atau penetralisir zat radioaktif. Dari nama tumbuhan inilah asal muasal menjadi nama daerah Trenggalek khususnya wilayah Kecamatan Trenggalek. Orang Jaman dahulu menamakan suatu wilayah biasa menggunakan nama tumbuhan,hewan,keahlian penduduk,ciri daerah dan sebagainya.

Dari uraian di atas ada 2 (dua) pandangan untuk menentukan asal usul nama Trenggalek. Dan semua penulis serahkan kepada kesimpulan pembaca. Namun pendapat inilah masih mentah dan perlu penyempurnaan karena penulis juga belum punya sumber dan pegangan historis yang bisa dipercaya tentang Siapa dan Sejak Kapan nama Trenggalek dipakai untuk menjadi nama khususnya Kecamatan Trenggalek. Menurut catatan sejarah, secara resmi nama Trenggalek dipakai semenjak berdirinya Kadipaten Trenggalek pada masa Pemerintahan Pakubuwobo II. Apakah sebelumnya sudah dipakai,penulis tidak menemukan pada catatan-catan kuno. Jika kata Trenggalek itu adalah merupakan Satu Kata dan Bukan gabungan 2 (dua) kata, besar kemungkinan bahasa Trenggalek ini sudah ada sejak Jaman Majapahit yang masih kental menggunakan bahasa-bahasa Jawa Kuno. Karena pada masa Islam bahasa-bahas yang digunakan cenderung sudah menggunakan bahasa-bahasa Jawa Baru. Kemudian siapa yang pertama kali memberi nama Trenggalek? Sesuai Prasasti atau Peninggalan Makam Kuno yang ada,besar kemungkinan adalah Setono Galek atau mungkin dialah Penguasa Galek yang pertama.

Demikian tulisan ini penulis buat semata sebagai penambah wawasan dan bukti cinta penulis terhadap tanah kelahirannya. Ada kurang lebihnya penulis sebagai manusia biasa mohon maaf yang sebesar-besarnya dan jika ada tambahan pendapat untuk memperkuat pendapat penulis atau yang tidak sependapat bisa berkomentar karena semua ini adalah ajang pembelajaran bagi kita semua. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
  

23 komentar:

ki ageng dipo jati mengatakan...

mohon maaf.mas penulis..sekedakar jadi bahan pertimbangan.memang betul apa yg panjenengan..aturaken..(Selama ini hanya ada satu pedoman untuk menyingkap asal usul nama Trenggalek yaitu makam mantan Bupati/Tokoh yang bernama Setono Galek.}..kalimat sentono dalam bahasa jawa artinya..adalah utusan..dan galek adalah nama dari utusan tersebut..menurut cerita dari kakek buyut saya yang bertutur kepada kakek saya..dan sebelum beliau meninggal..sempat bercerita kepada saya..mbah nggalek adalah orang blambangan..yang di utus oleh minak jinggo..untuk bertapa mendapatkan wahyu keprabon,dalam rangka menguasai majapahit..dan di dalam bertapanya beliau mendapatkan wangsit apa bila ingin menperoleh wahyu keprabon majapahit raja minak jinggo harus menikahi putri ayukencono wungu yang waktu itu adalah ratu majapahit..namun raja minak jinggo dapat di kalahkan oleh DAMARWULAN dalam sebuah pertempuran dahsyat{seperti dalam cerita kethoprak}..sejak saat itulah TRENGGO :bintang...GALEK: hilang..karena kalah.dengan CAHAYA REMBULAN..{DAMARWULAN..}itu hanya sebuah cerita dari seorang kakek sekedar untuk membuat cucunya diam dari tangisnya...namun untuk kebenaranya kita yang muda-muda dan yang masih di karunia umur panjang wajib untuk mencari bukti kebenaranya..mudah-mudahan alloh meridloi jalan yang ada tempuh dan selalu dalam kasih sayangNya

Unknown mengatakan...

salam kenal ki ageng
alamat emailnya apa? di trenggalek tinggal dimana?

Dewandaru mengatakan...

Terimakasih kasih Ki Ageng Dipo Jati telah mampir dan telah memberi wawasan kepada kita semua.....walau kata Ki Ageng itu cerita kakek Ki Ageng setidaknya saya telah menemukan kata-kata 'GALEK' lain yang tidak ada di daerah lain. Dan kebetulan kata tersebut adalah sebuah daerah di Banyuwangi.....Mungkin ini ada korelasinya mengingat kata 'GALEK' bukanlah kata yang umum....Mungkin cerita kakek Ki Ageng memang ada hubungannya dengan sejarah asal usul Trenggalek,mengingat ada kesamaan nama Setono Galek di Trenggalek dan nama daerah Galek di Banyuwangi......
Terima kasih mas Mashadi HR telah mampir & salam kenal....alamat email & daerah Ki Ageng,maaf saya kurang tahu...

Putro Perdikan Kampak mengatakan...

Nuwun sewu. Urun serat....
Menak, adalah suatu istilah yang mengacu kepada kelas sosial, utusan, jabatan atau golongan bangsawan. Pemangku gelar Menak tidak hanya berlaku di Tanah Blambangan, tetapi di daerah lain khususnya Jawa pada jaman keemasan Sriwijaya dan Majapahit. Di Jawa Barat juga dikenal istilah Menak.

Benarkah Setono/Adipati Galek merupakan utusan Menak Djinggo dari Blambangan untuk memberontak dari Majapahit?? Saya kurang tau persis. Tapi apabila itu terjadi di era yang sama dengan kedatangan Menak Sopal di Trenggalek, maka semestinya hal itu tidak mungkin, mengingat Menak Sopal merupakan seorang Senopati juga Mpu dari Majapahit yang taat. Meskipun Menak Sopal telah memeluk Islam setia mengabdi rajanya beragama Hindu. Begitu juga Damarwulan yang sejatinya Irojan Munira /Syeh Maulana Iskak juga seorang Aulia. Apalagi Adipati Galek terkesan sangat dekat dengan Dyan Aryo Menak Sopal. Yang selanjutnya Menak Sopal pun juga menggantikan kursi kepemimpinan sepeninggal Adipati Galek. Jadi?? Kita kaji lebih jauh.

Kemudian tentang daerah Galekan itu adalah sebuah kampung, di Bajulmati, Banyuwangi, menurut cerita rakyat setempat yang saya tahu dari teman saya asli Banyuwangi, asal muasalnya berasal dari Kadipaten Trenggalek. Secara bahasa imbuhan -an bisa berarti perluasan arti kumpulan; mengandung unsur; ataupun asal. Misal Langgam Banyuwangian, berarti Langgam dengan khas Banyuwangi. Meduroan bisa berarti orang dengan gaya penampilan ataupun bahasa Madura. Sehingga dengan hal ini wajar bila masyarakat menyebut Galekan di Banyuwangi sebagai orang yang berasal dari Trenggalek. Saya pun juga percaya bahwa ilmu santet Banyuwangi pada awalnya dibawa dari Trenggalek, meski tujuannya di masa lalu adalah untuk menaklukkan musuh.

Berkaitan tentang Galekan, di Yogyakarta ada sebuah suku yang konon berasal dari keturunan perkawinan Pemuda Trenggalek yang adi linuwih dengan seorang Putri Kraton. Namun sayang saya lupa namanya. Menurut cerita suku tersebut mempunyai ciri suka berjalan tanpa alas kaki. Kini cerita tersebut sudah hilang tanpa bekas. Saya juga baru tau dari liputan di TV 5 tahunan lalu... :-)

Ya, bersyukurlah kita Putra Trenggalek, karena kota ini biar kecil mungil tapi memiliki nilai history yg tinggi, peradapan tua. Sampai Mpu Sindok pun datang ke Gunung Manikoro, Kampak untuk bertapa. Seharusnya sih usia Trenggalek bukan 800an tapi dah 1ribuan.

Salam,
Manfaat

Putro Perdikan Kampak mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
lee lembot mengatakan...

sebagai putra asli trenggalek saya baru tahu sejarah kota saya sendiri ,setelah saya membaca artikel ini...............
walupun bagaimana sejarah dan asal usul trenggalek yang sebenarnya masih bisa di rembukkan kembali..

tapi setelah membaca artikel ini saya benar" bangga menjadi wong galek..

saya juga mau izin share artikelnya mas

Anonim mengatakan...

Beneeeerrr bangettt niihhh,, kerabat saya sedang mencari daun ini untuk serah terima sinde anti bakar,n di trenggalek udah susah,, skarang kita dapat di daerah karang asem bali,,,lh mau diambil tp terhalang hujan, takut longsor krn posisi di tebing... Saya kira hanya bisa2 mreka aja tau nya bener yaa ada daun telaga sari.. Terima kasih sharing nya -aci-

pjtkiresmionline mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
TEGUH BUDIHARSO mengatakan...

Saya urun rembug mengenai sejarah Trenggalek. Saya telah melihat banyak tulisan di blog mengenai Trenggalek yang perlu diluruskan, sehingga saya menulis ini.
Sejarah Trenggalek yang ditulis dengan mengacu data empiris cukup kuat dimuat dalam 3 artkel. Bisa dibuka di budiharsoteguh.blogspot.com; Sebagian isinya ialah:
1. Ternyata kata Trenggalek berasal dari kata daerah penghasil gaplek dan sebutan itu sudah ada sejak Raja-raja Mataram Kuno di Jawa Tengah. Gaplek Bendungan, kopi dan gula merah Watulimo ialah hidangan khusus keluarga kerajaan. Zaman Sinuwun PakuBuwono II (1719-1749) ialah penggemar karak dan kpoi Bendungan dan trdisi itu dilakukan sampai tahun 2014 ini.
2. Trenggalek sudah menjadi daerah sima sejak Raja Sindok (929), Raja Airlangga (1030), Raja Srenggo Kediri (1194) dan Kara Kertawardana Majapahit. Seluruh wilayah Trenggalek ialah tanah perdikan atau sima swatantra, otonom bebas pajak. Ketiga menjadi perdikan itu Trenggalek berada di bawah Wengker yang kemudian berubah menjadi Ponorogo.
3. Trenggalek pernah menjadi bagian Tulungagung, karena politik Belanda, akibat Perjanjian Giyanti (1755) dan Kebijakan Perkebunan kopi.
4. Menak Sopal pernah diutus Batoro Katong Bupati Ponorogo mengabdi pada Ki Akeng Galak atau Joko Lengkoro di Trenggalek, Joko Lengkoro ialah Putra Brawijaya V adik Batoro Katong.
Lengkapnya ada di budiharsoteguh.blogspot.com

Teguh Budiharso
dr_tgh@yahoo.com

Anonim mengatakan...

Saran buat admin..tolong dihapus saja promosi diatas karna ngganggu saja.

Dewandaru mengatakan...

Makasih sarannya....Ok s udah bersih iklan promosi di atas...

Anonim mengatakan...

Wah bagus ini. Terus sharing lah biar terus nambah info ttg Trenggalek buat cucu"nya yg dari lahir udah di luar kota yg gtw apa" ttg sejarah Trenggalek dan biar makin bangga sama kota Trenggalek :D - Kelutan & Bendo

para jagoan neon channel mengatakan...

menarik artikelnya, bangga menjadi wong nggalek... salam dari bocah margomulyo watulimo

TEPOS_ mengatakan...

di karangan juga ada tempat bersejarah dan belum tahu asal usulnya, tepatnya didsn jayan, tolong yamas d gali infonya,
soalnya info dari mas sangat membantu

tomy mengatakan...

Salam kenal. Saya (mungkin) adalah keturunan Ki Ageng Jimat > Nayantika > Singodiwono > Sodikromo > Partowijono > Sudarsono > Tomy Gumilar (saya) mungkin pembaca di sini masih ada yg keluarga saya?

Unknown mengatakan...

Wah saya sangat tertarik dgn tulisan2 sodara ku dari trenggalek yg menceritakan asal usul nama trenggalek,sy org trenggalek tp buta sejarah trenggalek krn hidup saya dr kecil sll berpindah2 tp terus terang saya cinta trenggalek

Unknown mengatakan...

Wah sy senang kl membaca tulisan sodara2 ku yg dr trenggalek, membahas asal usul kota trenggalek.

Unknown mengatakan...

Saya baru 4 bulan bertugas di bumi Menak Sopal alias Trenggalek referensi ini sangat bermanfaat

Unknown mengatakan...

tambahi dong om.kerren,lanjut terus.
sekalian itu icon iconnya trenggalek dituliskan,heheheee

Unknown mengatakan...

Tolong untuk contact yg bisa saya hubungi.
@Putro Perdikan Kampak
@Kenwa Dewandaru
@ki ageng dipo jati
Untuk sharing lebih dalam lagi.
Atau malah bisa luangkan waktu untuk kopdar bersama.

Email: adi.kosek94@gmail.com
WA : 082232101797

Unknown mengatakan...

Terang ing penggalih pandhang ing ati salam cakar

Unknown mengatakan...

Tak sawange karo mesam mesem... Ben adem ayem tentrem ning ati

Unknown mengatakan...

Kudu di jogo